NewtechClub.com — Pusat Data X Terbakar, Pengguna Kesulitan Akses Platform. Sebuah insiden kebakaran tiba-tiba terjadi Kamis pagi (waktu setempat) di salah satu pusat data yang disewa oleh X (dulunya Twitter), milik Elon Musk. Lokasi kebakaran berada di Hillsboro Technology Park, di pinggiran Portland. Menurut Piseth Pich, juru bicara Hillsboro Fire and Rescue, petugas pemadam langsung bergegas ke lokasi pukul 10:21 pagi dan menemukan sumber api berasal dari ruangan baterai. Meskipun api tidak menjalar ke area lain, asap tebal sempat memenuhi ruangan yang terdampak.
Hingga pukul 15:00 sore, petugas masih bekerja di lokasi untuk memastikan situasi benar-benar aman. Sementara itu, X belum memberikan pernyataan resmi apakah operasi server mereka terganggu akibat kejadian ini, seperti dilaporkan Wired (23/5). Akibat kebakaran ini, banyak pengguna X mengeluh tidak bisa mengakses platform tersebut. Meski beberapa orang mulai bisa kembali masuk, beberapa negara masih mengalami kendala.

Sebelum Elon Musk mengambil alih, Twitter mengandalkan tiga pusat data utama di Sacramento, Portland, dan Atlanta. Pada Desember 2022, perusahaan menutup pusat data Sacramento demi efisiensi biaya, yang kemudian memicu gangguan layanan parah. Tim internal memindahkan lebih dari 2.500 rak server ke Portland dan Atlanta dalam enam bulan.
Digital Realty, penyedia pusat data global, mengkonfirmasi kebakaran di fasilitas Hillsboro milik mereka. Ryan Young, VP Operasi mereka, menegaskan timnya sudah mengendalikan api dan mengevakuasi seluruh staf dengan aman.Ia menegaskan bahwa perusahaan terus memantau perkembangan untuk memastikan keamanan fasilitas dan meminimalkan dampak pada pelanggan.

Pusat data banyak menggunakan baterai lithium-ion sebagai cadangan daya, namun peralatan ini bisa meledak jika petugas lalai dalam perawatan rutin. Pich menekankan bahwa insiden kali ini menjadi kasus pertama kebakaran baterai di pusat data Oregon—padahal kawasan ini terkenal memiliki banyak fasilitas serupa.
Sementara itu, perusahaan induk X, yaitu xAI, juga menjadi sorotan karena ekspansi agresifnya di pusat data Colossus, Memphis, Tennessee. Fasilitas ini dibangun untuk mendukung pelatihan AI Grok dan model AI lainnya. Uniknya, mereka menggunakan lebih dari 30 turbin gas berbahan bakar metana yang bersifat sementara, sehingga tidak perlu izin emisi federal. Praktik ini memicu protes dari komunitas lokal, terutama warga kulit hitam dan minoritas, yang sudah lama menderita akibat polusi udara dan industri di area tersebut.
Kebakaran ini jelas mengganggu kenyamanan pengguna X. Banyak yang mengeluh tidak bisa mengunggah konten atau bahkan sekadar membuka aplikasi. Meski layanan mulai pulih secara bertahap, beberapa wilayah masih mengalami keterbatasan akses.
Sebelum era Musk, Twitter mengelola pusat data dengan cermat. Namun, sejak akuisisi, beberapa perubahan drastis dilakukan, termasuk penutupan fasilitas Sacramento. Keputusan ini sempat menimbulkan masalah, tetapi kini Portland dan Atlanta menjadi tulang punggung utama.
Baca Juga: Fujifilm X-Half Resmi Meluncur di Indonesia, klasik vs digital keren!
Digital Realty tampaknya sigap menangani insiden ini. Mereka memastikan tidak ada korban jiwa dan berkomitmen memulihkan operasi secepat mungkin. Namun, pertanyaan besar masih menganga: seberapa besar dampaknya pada infrastruktur X?
Kasus ini mengingatkan kita pada risiko penggunaan baterai lithium-ion di pusat data. Jika tidak diawasi dengan ketat, insiden serupa bisa terulang. Pihak berwenang Oregon mungkin perlu mengevaluasi regulasi keamanan untuk mencegah hal ini di masa depan.
Ekspansi xAI di Memphis tidak lepas dari kritik. Penggunaan turbin gas sementara dinilai mengabaikan dampak lingkungan. Warga setempat, terutama kelompok minoritas, menuntut keadilan karena mereka paling merasakan efek polusi tersebut.
Semua mata kini tertuju pada X dan Digital Realty. Apakah mereka bisa segera memulihkan layanan sepenuhnya? Bagaimana langkah pencegahan ke depan? Sementara itu, pengguna mungkin harus bersabar hingga semuanya kembali normal.
Kebakaran di pusat data X menyisakan banyak pertanyaan. Dari keamanan baterai hingga dampak pada pengguna, insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi industri teknologi. Bagaimanapun, keselamatan dan keberlanjutan operasi harus jadi prioritas utama.